Header Ads




"/>

Orang Tua Halim Brothers Sinlui: Basket Mengajarkan Banyak Hal untuk Anak Kami

Potret keluarga Halim di Final Party Honda DBL with Kopi Good Day 2024 East Java-North

Dewa Sports - Final Party Honda DBL with Kopi Good Day 2024 East Java-North menghadirkan momen hangat nan menyentuh. Apalagi tatkala tiap orang tua para pemain dari tim yang berlaga turut terlibat mendampingi putra-putrinya berjuang di DBL Arena Surabaya.

Game final yang mempertemukan Sinlui -sebutan tim SMA St. Louis 1 Surabaya- melawan Gloria 1 -sebutan tim SMA Gloria 1 Surabaya- menjadi kebanggaan tersendiri bagi pasangan Hengky Kurniawan Halim dan Jeanny Tanoto.

Mereka adalah orang tua dari dua penggawa putra Sinlui. Bentley Leopold Halim (jersey nomor 33) dan Max Newton Halim (jersey nomor 2).

Penulis bertemu dengan pasangan itu tepat sebelum pemanggilan starting line up kedua tim basket yang bertanding. Saat pertama kali berjumpa, beberapa orang tua pemain Sinlui sempat menyoraki kami.

“Iku lho, interview,” sorak para orang tua, sambil tertawa dengan gembira.

Keluarga Halim itu menyambut kehadiran penulis dengan senyuman hangat. Kami memutuskan berbincang di sudut ruang tunggu orang tua pemain.

Lalu, obrolan pun mulai bergulir. Kami membahas bagaimana suami-istri itu mengarahkan anaknya untuk berbasket.

Jeanny, ibu dari Bentley dan Max, membuka obrolan dengan awal perjalanan basket kedua putranya. Ia berkata, baik dirinya maupun suami, tidak memiliki latar belakang bermain basket. Kakak beradik itu mendapatkan insight tentang basket dari sekolah dan paman mereka.

“Mereka dapat pandangan main basket itu sejak sekolah dulu. Pas masih di Singapore National Academy Sidoarjo. Memang di samping itu, adik laki-laki saya juga yang pertama kali ngenalin basket ke mereka,” buka sang ibu.

“Kalau awalnya, Max itu nggak tertarik sama basket. Dia diajak sama Bentley. Nah, Bentley itu diajak temannya,” lanjutnya.

Mulai sadar akan kecintaan basket kedua anaknya, Jeanny berkata, ia mengarahkan kedua anaknya untuk dibimbing langsung oleh salah satu legenda basket Indonesia. Filixs Bendatu. Dari sana, Bentley dan Max makin memperdalam tentang basket.

“Coach Filixs itu pelatih pertamanya anak-anak. Saya bilang ke dia, kalau Max ini masih umur lima tahun. Mending Bentley dulu aja yang ikut privat. Tapi, coach Filixs bilang kalau Max ini bagus. Akhirnya keterusan sampai sekarang,” jelas Jeanny dengan antusias.

Bentley dan Max adalah dua bersaudara yang mengawali basket di keluarga Halim. Menurut Jeanny, lewat basket, kedua anaknya dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Basket banyak berdampak positif untuk tumbuh kembang mereka, baik secara fisik maupun psikis.

“Banyak pelajaran hidup yang didapat lewat basket. Meski nanti mereka memutuskan untuk nggak lanjut di basket, saya yakin pengalaman mereka akan tetap berguna buat kehidupan,” ucapnya.

Kemudian, ia mulai merinci manfaat yang diperoleh dari basket untuk dua putranya itu.

“Selain olahraga, mereka banyak belajar leadership, decision making, teamwork, bekerja keras, dan cara untuk tetap fight melalui kekalahan yang dihadapi,” ulas Jeanny.

Sebelum mantap di basket, Bentley dan Max sempat memiliki kegiatan lain. Mereka berdua menyukai pelajaran matematika. Bahkan Bentley sempat menyabet beberapa penghargaan internasional karena hobinya itu. Sedangkan Max, lebih fokus di olahraga tenis.

“Max itu sampai ikut kejuaraan tenis nasional KU-10. Tapi saya putuskan untuk berhenti. Nggak bisa kan, konsentrasi di dua olahraga. Sekolahnya kapan. Saya kasih dia pilihan, akhirnya mantap di basket,” bebernya.

Karena dipanggil untuk bersiap menuju lapangan, kami melanjutkan obrolan sambil berjalan ke atas. Hengky, ayah dari Bentley dan Max, menganggap perkembangan kedua putranya mulai tampak sejak fokus bermain basket.

“Kalau Max, dia kelihatan lebih berjuang untuk menggapai sesuatu. Karena memang di basket harus fight terus. Bentley itu dari awal emang udah fighter. Dia lebih ke cara berteman dan mengatur emosi,” tutup sang ayah.

Obrolan kami harus berakhir, ketika para orang tua sudah mulai berbaris mendampingi putranya. Sebelum beranjak pergi, penulis sempat melihat kehangatan keluarga Halim di malam bersejarah itu. Hengky dan Jeanny bangga dengan kedua putranya.

Basket dan cinta orang tua-lah yang membuat Bentley dan Max tumbuh menjadi sosok pria dewasa.

Meski laga berakhir dengan kekalahan Sinlui atas Gloria 1, angka akhir 59-77 bukan menjadi penghambat semangat ke-12 penggawa Sinlui. Mereka siap menyambut Championship Series mendatang dengan optimistis.

Baca Juga :

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.